April 26, 2011

Cerpen - Andai Aku Bisa Jalan


“Saat itu aku sedang duduk di salah satu taman kota sambil melipat kakiku, ketika seorang perempuan muda mengajakku berkenalan. Aku berusaha menutup kekhawatiranku membayangkan kekecewaan wanita muda itu jika mengetahui kondisiku sesungguhnya. Aku berusaha bersikap wajar, sampai kemudian waktu berlalu dan aku memutuskan untuk pamit pulang. Saat aku turun dari tempat dudukku, seperti dugaanku sebelumnya, mata wanita itu terbelak dan ia terdiam beberapa saat sambil menatap kosong kepergianku. Ah…seperti biasa , ujarku dalam hati. Ini bukan kejadian aneh dalam hidupku, tapi entah kenapa selalu ada yang menyayat di dalam hatiku setiap kali ini terjadi…



Namaku Ero Koswara aku dilahirkan di Kuningan 13 April 1968 sebagai anak ke 2 dari 4 bersaudara. Semua saudaraku laki-laki. Aku lahir dengan kondisi normal seperti bayi-bayi lain, tak pernah ada masalah apapun sampai usiaku 2 tahun. Saat itu aku sudah bisa berjalan seperti anak-anak seusiaku. Suatu hari, aku sakit. Badanku panas tinggi, ibu membawaku ke salah satu bidan di daerahku. Dalam kondisi panas tinggi aku disuntik oleh bidan tesebut. Setelah disuntik tiba-tiba kakiku tidak bisa digerakkan, kami menjadi sangat panik. Tapi apa mau dikata, semuanya terlanjur terjadi, di kemudian hari aku ketahui bahwa menurut analisa dokter ternyata ada jaringan syaraf yang terkena tusukan jarum. Kemudian kakiku lemas dan menjadi tidak berfungsi, Hal ini mengakibatkan bentuknya mengecil (athropi) dan tidak bisa dipakai berjalan, maka untuk sekian lama selanjutnya aku harus digendong oleh ibuku.



Setelah memasuki usia sekolah saat berumur 7 tahun aku mulai membiasakan mandiri, aku mulai belajar berjalan sendiri dengan cara merangkak. Aku berjalan dengan telapak tangan dan kedua lututku. Untuk menghindari luka akibat tergesek pasir aku menggunakan sandal untuk kedua tanganku dan membuat alat khusus beralas busa untuk mengalasi lututku. Alhamdulillah itu cukup membantu. Karena aku sekolah di sekolah umum, maka mau tidak mau aku harus siap berinteraksi dengan teman-temanku yang ‘normal’ Ledekan sudah menjadi santapanku sehari-hari, memasuki akhir sekolah dasar aku mulai merasakan minder terutama kalau ketemu anak-anak perempuan.



Lulus SD aku memutuskan untuk pergi ke Tangerang, ikut saudara, di sana aku mengikuti persamaan SMP. Selanjutnya aku mengikuti pendidikan terapi kesehatan di Akademi Fisioterapi di daerah Rawamangun selama hampir 5 tahun. Sampai suatu hari bapak Harmoko, menteri penerangan saat itu, berkunjung ke sekolahku. Melalui beliau aku dikenalkan dengan ibu Elsye Sigit Soeharto yang saat itu menderita sakit rematik. Ibu Elsye minta diterapi olehku, alhamdulillah beliau mengalami perkembangan. Ternyata pertemuan ini membawa rezeki untukku, Ibu Tien Soeharto memberiku kursi roda, Ah masih kuingat saat itu bagaimana hebohnya orang-orang di kampungku karena berita pemberian kursi roda ini masuk program Dunia Dalam Berita di TVRI. Lumayan juga ya aku pernah masuk TV…he…he…he…..



Tahun 1990 aku pulang ke kampung halamanku di Kuningan, berupaya mengaplikasikan hasil sekolahku selama 5 tahun, aku menerima pasien dengan pengobatan terapi dengan sistem sinar, Pasienku lumayan banyak, ada yang berasal dari Cirebon, Bandung , Garut dan Tasikmalaya. Aku bahkan pernah menerima rawat inap di rumah. Sampai kemudian ada seorang pasien perempuan yang lumayan membaik setelah aku terapi, aku tak pernah menyangka kalau ia jodohku. Kami memutuskan menikah, tapi tak lama , pada akhirnya karena suatu permasalahan kami memutuskan berpisah baik-baik. Aku mencoba menjalani kehidupanku sendiri lagi sampai kemudian aku bertemu dengan ibu, istriku yang sekarang. Ia seorang kepala sekolah dengan 3 orang anak. Kami berusaha menjalani kehidupan ini semampu kami walaupun masih ada beberapa kendala termasuk kekurangsetujuan anak-anak ibu terhadap pernikahan kami. Kami masih berharap suatu saat mereka akan menyetujuinya dan kami bisa hidup berbahagia tanpa ada konflik internal. Selama ini ibu banyak membantuku mengurus tempat terapiku.



Tentu kehidupanku sehari-hari dengan ‘ ketidaksempurnaan fisikku’ bukan tanpa kendala, seringkali aku sedih dengan kekagetan orang-orang akan kondisiku. Pernah suatu saat aku naik angkutan kota, seperti biasa aku duduk di depan. Badanku yang tegap, kadang membuat orang-orang melihatku menganggap aku orang militer. Tapi begitu mereka melihat aku turun dari angkutan, mereka akan terbengong kaget melihat kakiku. Yang lebih menyedihkan lagi saat aku berdiri di pinggir jalan saat akan menunggu angkutan, selalu saja ada orang yang memberiku uang dan menganggap aku peminta-minta. Jika sudah begitu akau akan menjelaskan kepada mereka agar mereka bisa memahami bahwa tidak semua orang yang punya keterbatasan seperti aku menggantungkan hidup dari belas kasih orang, bahwa dengan kekurangan yang kumiliki ada kelebihan yang Allah berikan untuk membuatku bisa berusaha mendapatkan rizki yang halal dan baik.



Ada kesedihan tentu saja ada juga kebahagiaan dan kelucuan, misalnya dulu, waktu aku masih muda, aku menengok salah satu teman di rumah sakit bersama teman-temanku yang lain. Sebelum masuk ruangan, kami memutuskan untuk bermain-main dulu dengan kursi roda yang ada di depan. Satu-satu dari kami mencoba kursi roda, sampai ketika giliranku yang pakai, lewatlah seorang perawat, Kami ditegur karena ketahuan memainkan kursi roda itu, Saat ditegur itulah teman-temanku berlarian meninggalkan aku diatas kursi roda. Aku jelas tak bisa berkutik, apalagi saat itu aku melipat kakiku hingga perawat tak tahu ada masalah dengan kakiku. Saat itulah perawat itu memarahiku habis-habisan, karena takut aku segera turun dan berjalan dengan lutut dan telapak tanganku. Yang terjadi kemudian , perawat tersebut kaget dan meminta maaf berkali-kali padaku sambil menawarkan kursi roda untuk kupakai. Aku hanya tersenyum dan aku bisa melihat dari ujung mataku teman-temanku yang tadi berlarian sekarang tertawa terpingkal-pingkal. Ah mereka memang sahabat-sahabatku yang kadang suka eror …he he..he…



Untuk mengisi waktu luangku di sela-sela menjadi terapis aku mencoba menyalurkan hobiku bernyanyi dangdut. Saat ini Alhamdulillah kami, aku dan ibu, memiliki grup dangdut Erlianada dan mulai sering mengisi acara-acara hiburan di beberapa daerah di manggung di Kuningan dan Cirebon.
Sebagai manusia tentu aku juga memiliki mimpi-mimpi seperti orang lain, Ketika tidur aku sering sekali aku mimpi bisa berjalan seperti orang lain, memakai celana jeans, berjalan gagah dan bisa pergi kemanapun tanpa risih terus-terusan ada orang yang memperhatikan. Tapi aku sadar hal itu tidak mungkin terpenuhi. Biarlah aku menjadi aku yang sekarang. Aku dengan segala kekurangan dan kelebihanku. Semoga saja tanpa harus bisa berjalan normal aku bisa menjalani kehidupanku dengan sebaik-baiknya. Dan aku juga tetap punya harapan, aku masih berharap bisa memiliki alat transportasi yang bisa membawaku bepergian karena kadang-kadang ada pasien terapi yang harus kudatangi. Dulu waktu badanku masih belum segemuk sekarang, cukup mudah bagiku untuk naik motor dibonceng orang, tapi sekarang semakin sulit aku naik motor biasa. Mudah-mudahan Allah memberi rizki, aku ingin sekali memiliki motor khusus yang bisa memudahkan aku untuk menaiki dan mengendarainya.


Dari Cerita Pendek ini dapat di simpulkan bahwa manusia di ciptakan itu sama. Walau diri kita mengalami kekurangan terhadap fisik, tapi terdapat kelebihan yang luar biasa terhadap diri kita. Hadapi saja semua dengan usaha-usaha kita yang luar biasa, keluarkan semua yang kamu bisa. Maka kamu akan menemukan sesuatu hal yang luar biasa. Bekerja keras, pantang menyerah, giat belajar maupun sesuatu yang dapat membangkitkan kemampuan di dalam diri kita sendiri. Syukuri apa yang ada, lakukan sesuatu yang kita mampu. “HARI INI HARUS LEBIH BAIK DARI HARI KEMARIN, DAN ESOK HARUS LEBIH BAIK DI BANDING HARI INI”. Gunakan lah waktu mu sebaik mungkin, demi meraih cita-cita mu.

No comments:

Post a Comment

Jangan cuman baca ya. Kasih komentar, saran atau kritik juga nggak masalah, jadi bisa menjadi lebih baik lagi:-)

Serch Blog