July 23, 2011

Fungsi Icon Corel Draw X3

Berisi berbagai perintah pengoperasian. Mulai dari membuka file, mengatur ukuran halaman, menampilkan berbagai macam docker dan sebagainya

B. Icon command / Toolbar

Bar ini berisi icon yang merupakan shortcut (perwakilan) pengoperasian berbagai perintah yang ada di menu. Seperti membuka, membuat file baru, menyimpan, print, dan sebagainya (yang biasanya sering digunakan)



1. New : membuat dokumen baru

2. Open : membuka file corel draw

3. Save : menyimpan dokumen

4. Print : mencetak

5. Cut : memotong objek ke clipboard

6. Copy : menyalin objek ke clipboard

7. Paste : menempelkan objek dari clipboard ke canvas

8. Undo : membatalkan perintah sebelumnya

9. Redo : mengulangi/mengembalikan perintah yang di undo

10. Import : import gambar

11. Export : Export gambar corel draw ke format lain

12. Zoom Levels : mengatur level pembesaran area kerja/canvas

13. Application launcher : memanggil aplikasi corel graphics suite yang lain (jika diinstal)

14. Corel Online : Memanggil Corel Online



C. Detil seting tool yang digunakan

Isi dari bar adalah fitur pengoperasian yang dimiliki oleh suatu tool atau objek. Bar ini akan berubah-ubah sesuai dengan jenis tools yang kita pakai dan macam objek yang sedang kita pilih.

D. ToolBoX

Berisi berbagai macam tool yang digunakan untuk membuat berbagai macam objek gambar dalam corel draw. Ada beberapa tool yang digabung (group), hal ini bisa dilihat dari tanda panah kecil dibagian kanan bawah dari tiap icon tool yang ada. Untuk menampilkan tool yang tersembunyi di suatu group, klik dan tahan hingga tool-tool yang tersembunyi tampil (muncul flyout).



1. Untuk memilih objek (pick tool).

2. Untuk mengakses shape, knife, eraser, smudge brush, roughen brush, free transform tools.

3. Untuk mengakses Zoom dan Pan (untuk menggeser).

4. Untuk mengakses freehand, Bezier, artistic media, pen, polyline, 3 point curve, interactive connector, dimension.

5. Untuk mengakses rectangle dan 3 point rectangle tools.

6. Untuk mengakses ellipse dan 3 point ellipse tools.

7. Untuk mengakses polygon, graph paper, spiral tools.

8. Untuk mengakses basic shapes, arrow shapes, flowchart shapes, star shapes, callout shapes

9. Text tool, untuk menulis di canvas.

10. untuk mengakses interactive blend, contour, distortion, envelope, extrude, drop shadow, transparency.

11. Untuk mengakses eyedropper (mengambil sampel warna) dan paint bucket tool (untuk meneteskan warna ke objek gambar.

12. Untuk mengakses tool yang terkait dengan outline (jenis outline, warna, ketebalan).

13. Untuk mengakses tool terkait dengan fill (warna, gradasi, pattern, texture, postscript.

14. Untuk mengakses interactive fill dan mesh tools



E. Ruler

Ruler berfungsi seperti layaknya penggaris, hanya saja dalam bentuk maya. Dari ruler ini kita bisa membuat suatu guide line, dengan cara klik & drag ruler ke area kerja/canvas.

F. Canvas

Canvas ini merupakan area kerja kita, tempat kita berkreasi menciptakan berbagai macam objek gambar. Canvas ini berfungsi layaknya kertas gambar, hanya saja dalam bentuk maya.

G. Comand docker

Merupakan ekspansi dari beberapa fungsi-fungsi yang ada pada corel draw. Untuk menampilkan docker apa saja yang muncul, bisa dari menu Window > dockers, trus pilih docker mana yang ingin ditampilkan atau disembunyikan. Docker ini juga bisa di minimize, atau di tutup

H. Color bar

Berisi pilihan warna yang bisa kita gunakan untuk mewarnai objek gambar yang kita buat. Baik warna isi maupun warna outline. Warna yang ada pada daftar color bar ini bisa kita customize sendiri.

I. Information box

Berisi keterangan warna isi dan outline (garis luar) objek gambar yang sedang kita pilih. Informasi ini bisa kita gunakan ketika sedang membutuhkan untuk mengetahui warna apa yang ada di suatu objek, model warna yang digunakan, palet warna apa yang digunakan.

J. Page control

Menampilkan control tampilan halaman pada sebuah dokumen, memberitahu ada di halaman mana kita sedang bekerja. Control ini memudahkan kita jika sedang bekerja pada sebuah dokumen yang terdiri dari beberapa halaman

K. Koordinat posisi kursor

Menunjukkan posisi kursor dalam perhitungan ukuran yang sama pada ruler

L. Canvas window control

Icon window yang digunakan untuk meminimize, membesarkan/mengecilkan, menutup window canvas

April 27, 2011

Delapan Kado Terindah

Delapan Kado Terindah
Delapan macam kado ini adalah hadiah terindah dan tak ternilai bagi orang-orang yang Anda sayangi.

KEHADIRAN
Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir dihadapannya lewat surat, telepon, foto atau faks. Namun dengan berada di sampingnya, Anda dan dia dapat berbagi perasaan, perhatian dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif. Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagiaan.

MENDENGAR
Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini. Sebab, kebanyakan orang lebih suka didengarkan, ketimbang mendengarkan. Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara tak langsung kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kerendahan hati. Untuk bisa mendengar dengan baik, pastikan Anda dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa menangkap utuh apa yang disampaikan. Tatap wajahnya. Tidak perlu menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia menuntaskannya, ini memudahkan Anda memberikan tanggapan yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi atau penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan terdengar manis baginya.

DIAM
Seperti kata-kata, di dalam diam juga ada kekuatan. Diam bisa dipakai untuk menghukum, mengusir, atau membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya, Diam juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang karena memberinya “ruang”. Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur, mengkritik bahkan mengomel.

KEBEBASAN
Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang bersangkutan. Bisakah kita mengaku mencintai seseorang jika kita selalu mengekangnya? Memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan cinta. Makna kebebasan bukanlah “Kau bebas berbuat semaumu”. Lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan.

KEINDAHAN
Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik? Tampil indah dan rupawan juga merupakan sebuah kado yang indah. Selain keindahan penampilan pribadi, Anda pun bisa menghadiahkan keindahan suasana di rumah. Vas dan bunga segar cantik di ruang keluarga atau meja makan yang tertata indah, misalnya.

TANGGAPAN POSITIF
Tanpa sadar, sering kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba hadiahkan tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan tulus. Cobalah ingat, berapa kali dalam seminggu terakhir anda mengucapkan terima kasih atas segala hal yang dilakukannya demi Anda. Ingat-ingat pula, pernahkah Anda memujinya. Kedua hal itu, ucapan terima kasih dan pujian (dan juga permintaan maaf) adalah kado indah yang sering terlupakan.

KESEDIAAN MENGALAH
Tidak semua masalah layak menjadi bahan pertengkaran. Apalagi sampai menjadi pertengkaran yang hebat. Bila Anda memikirkan hal ini, berarti Anda siap memberikan kado “kesediaan mengalah”. Kesediaan untuk mengalah juga dapatmelunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.

SENYUMAN
Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa. Senyuman, terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputusasaan, pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliiling kita. Kapan terakhir kali anda menghadiahkan senyuman manis pada orang yang dikasihi?


Puisi - Kado Untuk Mu Ibu

waktu demi waktu berjalan,
mendengar denting jam pun berbunyi
gelisah menunggu hari ini
tanpa persiapan yang lebih


ibu..
dia lah wanita yang luar biasa
wanita yang berjasa
tak ada yang dapat menggantikannya


ibu..
engkau melahirkan ku..
engkau merawat ku..
engkau menjaga ku..
adakah sesuatu yang bisa membalaskan itu


ibu..
engkau selalu menangis karena ku
karena kesalahanku
tapi kau selalu mendidik ku..


ibu..
kau selalu mendo'akan mu..
tapi ku tak dapat mendo'akan mu..
entah susah sekali untuk itu..


ibu ..
aku sadar kali ini..
aku terlalu merepotkan mu..
aku terlalu menyusahkan mu..


ibu..
kali ini ku ingin kau tau..
aku menyayangi mu..
ingin ku cium kaki mu ..
sebagai tanda maaf ku atas kesalahan ku..


ibu...
semoga kau selalu di lindungi oleh TUHAN
selalu di panjangkan umur ..
dan sehat selalu ..


ibu..
aku ingin melihatt dirimu..
agar dapat mencium ka'bah..
dengan membawa senyumann


ibu..
semoga tuhan dapat mendengarku..
mendengar do'a ku
aku sangatt menyayangimu






Terima kasih ibu, karena mu aku hidup di dunia.. dan karena mu aku lebih berharga.. kasih sayang mu selalu abadii di hatiku untuk selamanya .. sebagaii mataharii di hidup ku yang selalu menyinari aku..aku sayang pada mu..
SELAMAT HARI IBU !!


by : Maulina
SMP Negeri 1 Balikpapan
Balikpapan, Kalimantan Timur

April 26, 2011

Kerajaan Mataram Hindu-Buddha / Mataram Kuno


Kerajaan Mataram Kuno sering disebut dengan Bhumi Mataram, yang terletak di Jawa Tengah. Mataram dikelilingi oleh pegunungan serayu, gunung prau, gunung sindoro, gunung sumbing, gunung ungaran, gunung merbabu, gunung merapi, pegunungan kendang, gunung lawu, gunung sewu serta gunung kidul. Dan dialiri sungai Progo, Bogowonto, Elo, dan Bengawan Solo. Kerajaan Mataram Kuno sering disebut sebagai pembeda dengan Mataram Baru atau Kesultanan Mataram (Islam).

Kerajaan Mataram berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan antara abad ke-8 dan abad ke-10 dengan pusat pemerintahan di Lembah Sungai Progo (Magelang). Nama Mataram pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis pada masa raja Balitung.

A.   Mataram Hindu – Wangsa Sanjaya (732 M)
  1. Sejarah dan Lokasi
Prabu Harisdarma seorang raja dari Kerajaan Sunda. Ia juga merupakan penerus  Kerajaan Galuh yang sah. Ayahnya bernama Bratasenawa yang merupakan raja ketiga Kerajaan Galuh. Saat pemerintahan Bratasenawa pada tahun 716 M, Kerajaan Galuh dikudeta oleh Purbasora. Purbasora dan Bratasena adalah saudara satu ibu, tetapi lain ayah.  Bratasenawa beserta keluarga melarikan diri ke Pakuan, pusat Kerajaan Sunda, dan meminta bantuan pada Tarusbawa. Tarusbawa sendiri adalah teman dekat Prabu Harisdarma sendiri adalah suami dari cucu Tarusbawa.
Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh menyerang Purbasora yang saat itu menguasai Kerajaan Galuh dengan bantuan dari Tarusbawa dan berhasil melengserkannya. Prabu Harisdarma pun menjadi raja Kerajaan Sunda Galuh. Prabu Harisdarma yang juga ahli waris dari Kalingga, kemudian menjadi penguasa Kalingga Utara yang disebut Bumi Mataram dan dikenal dengan nama Sanjaya pada tahun 732 M. Sanjaya atau Prabu Harisdarma, raja kedua Kerajaan Sunda (723-732 M), menjadi raja Kerajaan Mataram (Hindu) (732-760 M). ia adalah pendiri Kerajaan Mataram Kuno sekaligus pendiri Wangsa Sanjaya.
 

  1. Sumber Sejarah
      Prasasti Canggal
Prasasti ini ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal Tahun 732 M dalam bentuk Candrasangkala. Menggunakan huruf pallawa dan bahasa sangsekerta. Isi prasasti tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) merupakan agama Hindu beraliran Siwa di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanya serta menceritakan bahwa yang menjadi raja mula-mula adalah sena yang kemudian digantikan oleh Sanjaya.

Prasasti Metyasih/Balitung
Prasasti ini ditemukan di desa Kedu, berangka tahun 907 M.  Prasasti Metyasih yang diterbitkan oleh Rakai Watukumara Dyah Balitung (Wangsa Sanjaya ke-9) terbuat dari tembaga.. Prasasti ini dikeluarkan sehubungan dengan pemberian hadiah tanah kepada lima orang patihnya di Metyasih, karena telah berjasa besar terhadap Kerajaan serta memuat nama para raja-raja Mataram Kuno.
 

  1. Kehidupan Ekonomi, Sosial, Politik dan Budaya
Dari prasasti Metyasih tersebut, didapatkan nama-nama raja dari Wangsa Sanjaya yang pernah berkuasa, yaitu :
 1.            Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
Masa Sanjaya berkuasa adalah masa-masa pendirian candi-candi siwa di Gunung Dieng. Kesusasteraan tidak menjadi monopoli kelas profesional. Pendidikan puisi merupakan pendidikan yang wajib diikuti oleh umum, terlebih bagi kalangan pegawai istana dan pemuka masyarakat.
Sanjaya memberikan wejangan-wejangan luhur untuk anak cucunya. Apabila sang Raja yang berkuasa memberi perintah, maka dirimu harus berhati-hati dalam tingkah laku, hati selalu setia dan taat mengabdi pada sang raja. Bila melihat gerak lirik raja, tenagkanlah dirimu menerima perintah dan tindakan dan harus menangkap isinya. Bila belum mampu mengadu kemahiran menagkap tindakan, lebih baik duduk terdiam dengan hati ditenangkan dan jangan gentar dihadapan sang raja.
Sanjaya selalu menganjurkan perbuatan luhur kepada seluruh punggawa dan prajurit kerajaan. Ada empat macam perbuatan luhur untuk mencapai kehidupan sempurna, yaitu :
·        Tresna (Cinta Kasih)
·        Gumbira (Bahagia)
·        Upeksa (tidak mencampuri urusan orang lain)
·        Mitra (Kawan, Sahabat, Saudara atau Teman) 
Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya mangkat kira-kira pertengahan abad ke-8 M. Ia digantikan oleh putranya Rakai Panangkaran.

2.            Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
Rakai Panangkaran yang berarti raja mulia yang berhasil mengambangkan potensi wilayahnya. Rakai Pangkaran berhasil mewujudkan cita-cita ayahandanya, Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya dengan mengambangkan potensi wilayahnya.
Nasehatnya yang terkenal tentang kebahagiaan hidup manusia  adalah :
·        Kasuran (Kesaktian)
·        Kagunan (Kepandaian)
·        Kabegjan (Kekayaan)
·        Kabrayan (Banyak Anak Cucu)
·        Kasinggihan (Keluhuran)
·        Kasyuwan (Panjang Umur)
·        Kawidagdan (Keselamatan)
Menurut Prasati Kalasan, pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran dibangun sebuah candi yang bernama Candi Tara, yang didalamnya tersimpang patung Dewi Tara. Terletak di Desa Kalasan, dan sekarang dikenal dengan nama Candi Kalasan.

3.            Sri Maharaja Rakai Panaggalan (780-800 M)
Rakai Pananggalan yang berarti raja mulia yang peduli terhadap siklus waktu. Beliau berjasa atas sistem kalender Jawa Kuno. Rakai Panggalan juga memberikan rambu-rambu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti berikut ini “Keselamatan dunia supaya diusahakan agar tinggi derajatnya. Agar tercapai tujuannya tapi jangan lupa akan tata hidup”
Visi dan Misi Rakai Panggalan yaitu selalu menjunjung tinggi arti penting ilmu pengetahuan. Perwujudan dari visi dan misi tersebut yaitu Catur Guru. Catur berarti empat Guru berarti berat. Jadi artinya empat guru yang mempunyai tugas berat. Catur Guru terdiri dari :
·        Guru Sudarma, orang tua yang melairkan manusia.
·        Guru Swadaya, Tuhan
·        Guru Surasa, Bapak dan Ibu Guru di sekolah 
·        Guru Wisesa, Pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan bersama
Pemberian penghormatan dalam bidang pendidikan, maka kesadaran  hukum dan pemerintahan di Mataram masa Rakai Pananggalan dapat diwujudkan.

4.            Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
Rakai Warak, yang berarti raja mulia yang peduli pada cita-cita luhur. Pada masa pemerintahannya, kehidupan dalam dunia militer berkembang dengan pesat. Berbagai macam senjata diciptakan. Rakai Warak sangat mengutamakan ketertiban yang berlandaskan pada etika dan moral. Saat Rakai Warak berkuasa, ada tiga pesan yang diberikan, yaitu :
1.      Kewajiban raja adalah jangan sampai terlena dalam menata, meneliti, memeriksa dan melindungi.
2.      Pakaian raja adalah menjalankanlah dengan adil dalam memberi hukuman dan ganjaran kepada yang bersalah dan berjasa.
3.      Kekuatan raja adalah bisa mengasuh, merawat, mengayomi dan memberi anugrah.

5.            Sri Maharaja Rakai Garung  (820-840 M)
Garung memiliki arti raja mulia yang tahan banting terhadap segala macam rintangan. Demi memakmurkan rakyatnya, Sri Maharaja Rakai Garung bekerja siang hingga malam. Hal ini dilakukan tak lain hanya mengharap keselamatan dunia raya yang diagungkan dalam ajarannya.
Dalam menjalankan pemerintahannya Rakai Garung memiliki prinsip tri kaya parasada yang berarti tiga perilaku manusia yang suci. Tri Kaya Parasada yang dimaksud, yaitu :
·        Manacika yang berarti berfikir yang baik dan benar.
·        Wacika yang berarti berkata yang baik dan benar.
·        Kayika yang berarti berbuat yang baik dan benar.

6.            Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)
Dinasti Sanjaya mengalami masa gemilang pada masa pemerintahan Rakai Pikatan. Dalam Prasasti Tulang Air di Candi Perut (850 M) menyebutkan bahwa Rakai Pikatan yang bergelar Ratu mencapai masa kemakmuran dan kemajuan. Pada masa pemerintahannya, pasukan Balaputera Dewa menyerang wilayah kekuasaannya. Namun Rakai Pikatan tetap mempertahankan kedaulatan negerinya dan bahkan pasukan Balaputera Dewa dapat dipukul mundur dan melarikan diri ke Palembang.
Pada zaman Rakai Pikatan inilah dibangunnya Candi Prambanan dan Candi Roro Jonggrang. Pembuatan Candi tersebut terdapat dalam prasasti Siwagraha yang berangka tahun 856 M. Rakai Pikatan terkenal dengan konsepnya Wasesa Tri Dharma yang berarti tiga sifat yang mempengaruhi kehidupan manusia.

7.            Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856 – 882 M)
Prasasti Siwagraha menyebutkan bahwa Sri Maharaja Rakai Kayuwangi memiliki gelar Sang Prabu Dyah Lokapala. Tugas utamanya yaitu memakmurkan, mencerdaskan, dan melindungi keselamatan warga negaranya.
Pada masa pemerintahannya, Rakai Kayuwangi menuturkan bahwa ada  enam alat untuk mencari ilmu, yaitu :
1.      Bersungguh-sungguh tidak gentar
Semua tutur kata dan budi bahasa dilakukan dengan baik, selaras dan menyatu.
2.      Bertenggang rasa
Memperhatikan sikap yang kurang baik dengan kebenaran.
3.      Ulah pikiran
Menimbang-nimbang dengan memperhatikan tujuan kemampuan dan kemauan yang diterapkan harus atas pemikiran yang tepat.
4.      Penerapan ajaran 
Dalam setiap melaksanakan kehendak harus dipertimbangkan, jangan sampai tergesa-gesa. Jangan melupakan ajaran terdahulu, ajaran masa kini perlu untuk diketahui
5.      Kemauan
Sanggup sehidup semati, mematikan keinginan dan membersihkan diri. Dalam kata lain, tekad dan niat harus dilakukan dantidak segan-segan dalam melakukan pekerjaan
6.      Menguasai berbagai bahasa
Memahami semua bahasa agar mampu mengatasi perhubungan serta mampu mengakrabi siapa saja.

8.            Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882 – 899 M)
Sri Maharaja Rakai Watuhumalang memiliki prinsip dalam menjalankan pemerintahannya. Prinsip yang dipegangnya adalah  Tri Parama Arta yang berarti tiga perbuatan untuk mengusahakan kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain. Tri Parama Arta terdiri dari :
1.      Cinta Kasih, menyayangi dan mengasihi sesama makhluk sebagaimana mengasihi diri sendiri.
2.      Punian, perwujudan cinta kasih dengan saling tolong menolong dengan memberikan sesuatu yang dimiliki secara ikhlas.
3.      Bakti, perwujudan hati nurani berupa cinta kasih dan sujud Tuhan, orang tua, guru dan pemerintah.

9.            Sri Maharaja Watukumara Dyah Balitung (898 – 915 M)
Pada masa pemerintahannya beliau memiliki seorang teknokrat intelektual yang handal bernama Daksottama. Pemikirannya mempengaruhi gagasan Sang Prabu Dyah Balitung. Masa pemerintahannya duja menjadi masa keemasan bagi Wangsa Sanjaya. Sang Prabu aktif mengolah cipta karya untuk mengembangkan kemajuan masyarakatnya. Dalam mengolah cipta karya, tahun 907 Dyah Balitung membuat Prasasti Kedu atau Metyasih yang berisikan nama-nama raja Kerajaan Mataram Wangsa Sanjaya. Serta menjelaskan bahwa pertunjukan wayang (mengambil lakon Bima di masa muda) untuk keperluan upacara telah dikenal pada masa itu.

10.        Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)
Daksottama yang berarti sorang pemimpin yang utama dan istimewa. Pada masa pemerintahan Dyah Balitung, Daksottama dipersiapkan untuk menggantikannya sebagai raja Mataram Hindu.

11.        Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M)
Rakai Dyah Tulodhong mengabdikan dirinya kepada masyarakat menggantikan kepemimpinan Rakai Daksottama. Keterangan tersebut termuat dalam Prasasti Poh Galuh yang berangka tahun   809 M. Pada masa pemerintahannya, Dyah Tulodhong sangat memperhatikan kaum brahmana

12.        Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M)
Rakai Sumba Dyah Wawa dinobatkan sebagai raja Mataram pada tahun 921 M. Beliau terkenal sebagai raja yang ahli dalam berdiplomasi, sehingga sangat terkenal dalam kancah politik internasional.
Roda perekonomian pada masa pemerintahannya berjalan dengan pesat. Dalam menjalankan pemerintahannya Dyah Wawa memiliki visiTri Rena Tata yang berarti tiga hutang yang dimiliki manusia. Pertama hutang kepada Tuhan yang menciptakannya, Kedua hutang jasa kepada leluhur yang telah melahirkannya. Dan ketiga, hutang ilmu kepada guru yang telah mengajarkannya.

13.        Sri Maharaja Rakai Empu Sendok (929 – 930 M)
Empu Sendok, terkenal dengan kecerdasan, ketangkasan , kejujuran dan kecakapannya. Manajemen dan Akuntansi dikuasai, psikologi diperhatikan.

  1. Keruntuhan Wangsa Sanjaya
Pada abad ke-10, Dyah Wawa mempersiapkan stategi suksesi Empu Sendok yang memiliki integritas dan moralitas sebagai calon pemimpin Mataram. Pada saat itulah pemerintahan Dyah Wawa mengalami kemunduran. Empu Sendok yang memegang pemerintahan setelah Dyah Wawa meninggal merasa khawatir terhadap serangan yang dilancarkan oleh Kerajaan Sriwijaya. Empu Sendok memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur Sumber lain menyebutkan perpindahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur disebabkan oleh meletusnya gunung merapi di Jawa Tengah.

B.  Mataram Budha – Wangsa Syailendra (752 M)
1.     Sejarah dan Lokasi
Syailendra adalah wangsa atau dinasti Kerajaan Mataram Kuno yang beragama Budha. Wangsa Syailendra di Medang, daerah Jawa Tengah bagian selatan. Wangsa ini berkuasa sejak tahun 752 M dan hidup berdampingan dengan Wangsa Sanjaya.

2.     Sumber Sejarah
Nama Syailendra pertama kali dijumpai dalam Prasasti Kalasan yang berangka tahun 778 M. Ada beberapa sumber yang menyebutkan asal-usul keluarga Syailendra, Yaitu :
 Sumber India
Nilakanta Sastri dan Moes yang berasal dari India dan menetap di Palembang menyatakah bahwa pada tahun 683 M keluarga Syailendra melarikan diri ke Jawa karena terdesak oleh Dapunta Hyan.
Sumber Funan
Menurut Codes, Syailendra yang ada di Nusantara berasal dari Funan (Kamboja). Kerusuhan yang terjadi di Funan mengakibatkan Kerajaan Funan menyingkir ke Jawa dan menjadi penguasa di Mataram pada abad ke-8 M dengan menggunakan nama Syailendra.
Sumber Jawa
Menurut Purbatjaraka, Keluarga Syailendra adalah keturunan Wangsa Sanjaya di era pemerintahan Rakai Panangkaran. Raja dari keluarga Syailendra adalah asli Nusantara sejak Rakai Panangkaran berpindah agama menjadi agama Budha Mahayana. Pendapatnya berdasarkan Carita Parahiyangan berisi bahwa Sanjaya menyerahkan kekuasaanya kepada puteranya, yaitu Rakai Tamperan atau Rakeyan Panambaran dari Tejakencana dan memintanya untuk berpindah agama.

Selain dari teori tersebut di atas dapat dilihat dari beberapa Prasasti yang ditemukan, Yaitu :
Prasasti Sojomerto
Prasasti berasal dari abad ke-7, berbahasa Melayu Kuno di desa Sojomerto, Kabupaten Pekalongan yang menjelaskan Dapunta Syailendra adalah penganut agamat Siwa
Prasasti Kalasan
Prasasti pada tahun 778 M merupakan peninggalan Wangsa Sanjaya. Prasasti menceritakan tentang pendirian Candi Kalasan oleh Rakai Panagkaran atas permintaan keluarga Syailendra serta sebagai hadiah desa Kalasan umat Buddha.
Prasasti Klurak
Prasasti pada tahun 782 M, di daerah Prambanan berisi tentang pembuatan Arca Manjusri sebagai perwujudan Sang Buddha, Wisnu dan Sanggha. Selain itu, berisi nama raja saat itu yang bernama Raja Indra.
Prasasti Ratu Boko
Prasasti pada tahun 865 M, berisi tentang kekalahan Raja Balaputra Dewa dalam perang saudara melawan Rakai Pikatan dan melarikan diri ke Palembang.

Nama Syailendra muncul dalam Prasasti Klurak  (782 M) “Syailendrawansantilakena”, Prasasti Abhayagiriwihara (792 M) “Dharmmatunggadewasyasailendra”, Prasasti Kayumwunan (824 M) “Syailendrawansatilaka”,


3.     Kehidupan Ekonomi, Sosial dan Politik
Kehidupan sosial Kerajaan Mataram, Dinasti Syailendra membuat candi dengan menggunakan tenaga rakyat secara bersama. Dari segi budaya, juga banyak meninggalkan bangunan-bangunan megah dan bernilai.
Adapun Raja-raja yang pernah berkuasa, yaitu :
1.      Bhanu (752 – 775 M)
Raja Banu merupakan Raja pertama sekaligus pendiri Wangsa Syailendra
 2.      Wisnu (775 – 782 M)
Pada masa pemerintahannya, Candi Borobudur mulai dibangun tepatnya 778 M.
 3.      Indra (782 – 812 M)
Pada masa pemerintahannya, Raja Indra membuat Klurak berangka tahun 782 M, di daerah Prambanan.
4.      Samaratungga ( 812 – 833 M)
Raja Samaratungga menjadi pengatur segala kehidupan rakyatnya. Sebagai raja Mataram Buddha, Samaratungga sangat menghayati nilai agama dan budaya. Pada masa pemerintahannya Candi Borobudur selesai dibangun.
5.      Pramodhawardhani (883 – 856 M)
Pramodhawardhani adalah putri Samaratungga yang dikenal cerdas dan cantik. Beliau bergelar Sri Kaluhunan, artinya seorang sekar kedhaton menjadi tumpuan bagi rakyat. Ia menjadi permaisuri raja Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya.
6.      Balaputera Dewa (883 – 850 M)
Balaputera Dewa adalah putera Raja Samaratungga dari ibu yang bernama Dewi Tara, puteri raja Sriwijaya. Dari Prasasti Ratu Boko, terjadi perebutan tahta kerajaan oleh Rakai Pikatan yang menjadi suami Pramodhawardhani. Balaputera Dewa merasa berhak mendapatkan tahta karena beliau merupakan anak laki-laki berdarah Syailendra dan tidak setuju terhadap tahta yang diberikan kepada Rakai  Pikatan keturunan Sanjaya. Dalam peperangan saudara, Balaputera Dewa kalah dan melarikan diri ke Pelembang.
 

4.     Keruntuhan Wangsa Syailendra
Sejak terjadi perebutan kekuasaan dan dipimpin oleh Rakai Pikatan, agama Hindu mulai mengganti agama Buddha. Sejak saat itu, berakhirnya masa Wangsa Syailendra di Mataram.

Dari kedua Wangsa yang berkuasa di Mataram, masih dapat dilihat dari bangunan suci, yaitu :
Candi di pegunungan Dieng, Candi Gedung Songo, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Prambanan, Candi Sambi Sari dan lain-lain.



 Kerajaan Mataram Kuno/ Mataram Hindu-Buddha

Kerajaan Mataram Kuno sering disebut Bhumi Mataram, yang terletak di Jawa Tengah dengan Pusat Pemerintahan di Lembah Sungai Progo (Magelang). Kerajaan Mataram didirikan sekitar abad ke-8 dan abad ke-10. Nama Mataram pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis pada masa raja Balitung. Mataram dikelilingi oleh banyak pegunungan dan dialiri sungai Progo, Bogowonto, Elo, dan Bengawan Solo. Mataram Kuno adalah sebagai pembeda terhadap Mataram Baru/ Kesultanan Mataram (Islam).


Sumber-sumber Prasasti

      Prasasti yang dapat menjelaskan keberadaan Kerajaan Mataram Kuno, antara lain:

a.      Prasasti Canggal, ditemukan di Candi Gunung Wukir di desa Canggal sekitar tahun 732 M dalam bentuk Candrasangkala (susunan kalimat/gambar yang dapat dibaca sebagai angka).
Prasasti ini ditulis dalam huruf pallawa dan bahasa Sansekerta, isinya tentang pendirian Lingga (lambang Siwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan berisi bahwa raja pertama Sanna diganti oleh Sanjaya, anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).

b.   Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta sekitar tahun 778 M, peninggalan Wangsa Sanjaya. Prasasti ini ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya tentang pendirian Candi Kalasan oleh Rakai Panangkaran atas permi-  ntaan keluarga Syailendra dan sebagai hadiah desa Kalasan umat Buddha.

c.   Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu di Jawa Tengah sekitar tahun 907 M, menggunakan bahasa Jawa Kuno. Prasasti ini disebut prasasti Balitung. Isinya tentang daftar silsilah raja Mataram yang mendahului Bality, yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai Watuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Balitung.

d.   Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan sekitar tahun 782 M, ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta. Isinya tentang pembuatan arca Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.
Maksud arca Manjusri adalah Candi sewu di Komplek Prambanan dan nama raja Indra berasal dari prasasti Ligor dan prasasti Nalanda peninggalan kerajaan Sriwijaya.


Sumber-sumber Candi

      Meliputi Candi-candi pegunungan Dieng, candi Gedung Songo, di Jawa Tengah Utara. Di Jawa Tengah Selatan, yaitu Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sambi Sari dan lain-lain.
      Kerajaan Mataram diperintahkan oleh dua dinasti/ wangsa, yaitu wangsa Sanjaya beragama Hindu Syiwa dan wangsa Syailendra beragama Buddha. Wangsa Sanjaya adalah orang yang pertama berkuasa, sesuai prasasti Canggal.
      Keluarga Sanjaya terdesak oleh keluarga Syailendra, tetapi tidak dapat diketahui secara pasti, yang pasti mereka sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. Raja-raja yang berkuasa di keluarga Syailendra sesuai prasasti Ligor, Nalanda, dan Klurak adalah Bhanu, Wisnu, Indra, dan Samaratungga/ Samaragrawira. Sedangkan keluarga Sanjaya sesuai Prasasti Mantyasih adalah Ratu Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai Watuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Dharmmodaya Mahasambhu. Berdasarkan peninggalan Kerajaan Mataram, agama Hindu terletak di Jawa Tengah bagian Utara, dan agama Buddha terletak di Jawa Tengah bagian Selatan.
      Kedua dinasti bersatu dengan adanya Rakai Pikatan dengan Pramodwardhani (putri dari Samaratungga). Raja Samaratungga pun mempunyai putera bernama Balaputradewa (karena Raja menikah dengan keturunan Raja Sriwijaya). Kegagalan Balaputradewa merebut kekuasaan Rakai Pikatan menyebabkan dia menyingkir ke sumatera bersama kakeknya dan menjadi raja di Sriwijaya.
      Wawa adalah raja terakhir di kerajaan Mataram di keluarga dinasti Sanjaya. Pada masa pemerintahannya, Mataram mengalami kemunduran dan pusat pemerintahannya pun berpindah ke Jawa Timur oleh Mpu Sendok.
      Mpu Sendok mendirikan dinasti baru, yaitu dinasti Insyana kerajaan Medang Mataram, dia berkuasa sampai 947 M. Pengganti selanjutnya tidak diketahui, kecuali abad ke-11 yaitu Dharmawangsa Teguh (991-1016). Ia gigih menaklukkan Sriwijaya. Usahanya tidak berhasil, sebaliknya ia mengalami Pralaya/ kehancuran. Kehancuran terjadi karena Sriwijaya dibantu oleh kerajaan Wurawari, salah satu keluarga yang berhasil lolos dari serangan adalah Airlangga. Tahun 1019 Airlangga dinobatkan oleh pendeta Buddha dan Brahmana (pendeta Hindu) menjadi raja.
      Pada awal pemerintahannya, dia berusaha menyatukan daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Dharmawangsa, dan memindahkan ibukota kerajaan Medang dari Wutan Mas ke Kahuripan tahun 1013, memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh, dan membangun bendungan Wrigin Sapta.
      Pada tahun 1041, Airlangga mundur dan memerintahkan untuk membagi kekuasaan menjadi 2 kerajaan, dalam rangka menghindari perebutan kekuasaan putera-putera nya. Yaitu Jenggan ibukota di Daka dengan ibukota Kahuripan dan Panjalu (Kediri) denga. Tetai karena itu, menyebabkan kerajaan Medang mengalami kehancuran.
      Dalam lapangan ekonomi, kerajaan Mataram mengembangkan perekonomian agraris karena letaknya di pedalaman dan daerahnya yang subur. Mataram juga mengembangkan kehidupan pelayaran, hal ini terjadi pada masa pemerintahan Balitung yang memanfaatkan sungai Bengawan Solo sebagai lalu lintas perdagangan menuju pantai utara Jawa Timur. Karena itu, maka tibul dugaan bahwa Mataram berpindah karena alasan itu.
      Karya Mataram Kuno terlihat pengaruh karya India namun Mataram Kuno berhasil mengubah karya India ke dalam Jawa di antaranya Mahabrata dan Ramayana dalam bahasa Jawa Kuno.

Raja-raja yang pernah berkuasa, yaitu :
1.      Bhanu (752 – 775 M)
2.      Wisnu (775 – 782 M)
3.      Indra (782 – 812 M)
4.      Samaratungga ( 812 – 833 M)
5.      Pramodhawardhani (883 – 856 M)
6.      Balaputera Dewa (883 – 850 M)

Cerpen - Sahabat


Pukul 11.00 malam.

Dingin menggigit. Bumi Allah basah menggigil. Pepohonan meringis tertutup kabut tipis. Rumah-rumah monyong memperlihatkan kelesuannya karena telah terpukul hujan seharian. Aneka sampah : plastik, daun, ranting tua, batang pohon, lumpur, mengapung di jalanan terbawa oleh air dari selokan. Hujan lebat sejak pagi, baru reda selepas Isya. Lampu-lampu lima watt kerlap-kerlip enggan menyinari kegelapan. Tapi langit cerah bertabur gemintang. Sebuah meteor melintas melepaskan semburannya di langit kelam. Setelah hujan seharian. Memang, jika dipikirkan lebih mendalam, bagi orang yang mau berpikir jernih sebentar saja, betapa, alam selalu tampak indah dalam keadaan apa pun.

Dua orang lelaki, petugas ronda, Sur dan Yos duduk-duduk di tepi pos ronda. Di depan pos ronda api berkobar menari, membakar dingin dengan hangatnya. Di pinggirnya, tergolek jagung bakar yang masih mengepulkan asap. Juga ada ubi bakar. Mereka begitu lepas mengunyah makanan yang biasa di makan oleh para petugas ronda malam. Dua gelas kopi panas membunuh kantuk yang suntuk. Mereka masih berada di dalam balutan sarung murung karena basah oleh kelembaban.


Selidik punya selidik, mereka sedang membicarakan Roy, seorang calon wali kota.

“Betapa, kita sangat mendambakan terpilihnya seorang pemimpin yang benar-benar pemimpin.” Kata Sur.

“Hhh… Betapa, kita tidak akan menemukannya. Mulut sering berbeda dengan tingkah. Betapa, kita telah banyak keliru dalam menilai seseorang…”

“Tapi… Roy lain, kawan.”

“Lain?”

“Ia teman kita. Pernah satu kampung dengan kita. Satu permainan ketika masih kecil. Ah, beruntung sekali, ia punya orang tua kaya raya, dikuliahkan, dan sekarang… berani mencalonkan diri menjadi walikota. Bukankah Kita sering mendengar dan membaca berita di koran-koran, ia selalu basah kuyup kehujanan, membawa beberapa bungkus sembako yang akan dibagikan kepada orang-orang kurang mampu?. Ia sungguh calon walikota yang pantas kita pilih, betul?”

“Ha..ha..ha.. kenapa pula si Roy berani mencalonkan diri menjadi walikota. Yang aku khawatirkan bukan dia, tapi istrinya. “

“Heh, kamu terlalu khawatir, kawan. Zaman sudah berubah. Wanita-wanita sudah modern!”

“Ayo kita keliling dulu. Cuaca seperti ini bisa dimanfaatkan oleh maling sialan!”

Lantas, mereka berkeliling patroli ke pinggiran perkampungan. Sepanjang keliling Yos memukul kentongan dengan irama dan ritme yang sama. Mereka juga berbincang macam-macam. Sur menganggap pemerintah sering memperlihatkan tindakan-tindakan aneh, bodoh dan membodohkan, juga mengada-ada.

“Apa benar, seperti itu, kawan?” Tanya Yos.

“Buka mata, dong!” Sur mendelik. “Jangan sok bodoh. Pemerintah telah menjadi orang yang merasa paling benar. Setuju? Tempo hari, rumah kita ditempeli nomor, harus bayar tujuh ribu, gila bukan? Siapa yang suruh? Tidak ada undang-undangnya itu…”

“Tapi… kau membayarnya, bukan?”

Sur mengangguk. Cemberut.

“Ha..ha..ha..!”

“Ha..ha..ha..!”

“Kenapa..?!”

“Tentang ketololan kita..”

“Ha..ha..ha.. Aku berutang kepadamu, kawan.”

“Tentang?!”

“Kejujuran… Kejujuran itu…”

“Heh, berapa rupiah akan kamu bayar?”

“Aku akan membayarnya dengan kepercayaan. Percayalah kepadaku, tidak akan kuceritakan obrolan kita ini kepada Pak Lurah juga kepada para pegawai kelurahan lainnya. Kamu aman, kawan!”

Anda pasti bisa menerka. seketika juga tubuh Sur yang besar dan gagah itu mengecil, kepalanya menunduk lesu, wajahnya perot tiada ampun. Beberapa menit lalu, ia yang tampak gagah berani itu telah berubah menjadi hewan dungu, mengibas-ngibaskan tangan tak karuan. Betapa… sebuah kepercayaan telah menikam dirinya.

“Aaku…Ppercaya…K..kepadamu, kawan!” Ucap Sur rintih, terbata-bata.

***

“Ayo Roy, lemparkan bolanya!” anak kecil itu basah kuyup. Bajunya penuh lumpur.

“Ini Sur!” Roy melemparkan bola ke arah Sur. Ditengah guyuran hujan, Sur menggiring bola. Lawan-lawanya lebih kecil ukuran badannya, tak berani menjegalnya dari depan. Ia tinggal berhadapan dengan penjaga gawang lawan. Kemenangan sudah didepan mata. Ketika bola akan ditendang, seorang pemain lawan menjegal Sur dari belakang. Berani betul dia! Pikir Sur. Ia jatuh telungkup diatas lapangan merah yang tergenang air.

“Kau curang!” Roy dan kawan-kawannya menghampiri si penjengal. Mereka mendorongnya. Terjadinya keributan kecil. Beberapa penonton merasa terusik.

“Mau berkelahi? Jangan disini, sana diatas ring tinju!” Bentak Pak Siru, wasit yang meminpin pertandingan bola sepak. Anak-anak takut kepadanya, ia seorang tentara. “Ayo lanjutkan!”

“Kita dirugikan!” Kata Roy seusai pertandingan.

“Dasar Pak Siru, berat sebelah!” Kata teman-temannya.

“Pantas saja berat sebelah, dia kan pamannya si Bun.”

“O, pantas si Bun itu berani mengganjalku.”

Mereka membersihkan diri di kolam milik Wak Haji Kusmin. Pikir mereka, Wak Haji Kusmin yang galak itu mana berani hujan-hujanan mengejar mereka. Tangan jahil anak-anak pun menyambara beberapa buah jambu kluthuk di pinggir kolam. Air kolam semakin keruh. Mereka mandi sambil salto-salto. Esoknya, Wak Haji Kusmin memberitahukan perbuatan anak-anak usil itu kepada orang tua mereka. Roy dijewer telinganya oleh bapaknya. Sur dipukul kakinya. Semua mendapat balasan yang setimpal atas perbuatanya.
***
Sudah pasti dia akan selalu mengingatku! Pikir Sur. Mana mungkin si Roy melupakan masa kecilnya. Dia sering tidur bersamaku. Aku begitu yakin, dia akan selalu mengingatku, bahkan bisa jadi selalu mengenang masa kecil itu.

Sur bergegas memotong jalan. Langit sudah mulai memperlihatkan kesedihannya. Di dalam batok kepalanya tersimpan Mun, istrinya yang dirawat di rumah sakit. Butuh biaya sekitar empat juta, Mun harus dioperasi, tumor menyerang payudaranya. Kambing peliharaannya ia jual, tapi terlalu murah untuk biaya operasi. Ia sempat meminta bantuan kepada Yos. Apa boleh dikata, kondisi Yos akhir-akhir ini sedang pailit. Sudah dua minggu pabrik batakonya tidak berproduksi. Yos selalu menggunakan uangnya untuk mencicil kreditan motor.

Yang ada dalam pikiran Sur adalah Roy, teman kecilnya yang telah menjadi seorang walikota.

Ah, mana mungkin si Roy melupakan teman baiknya. Tapi… Bagaimana kalau dia telah lupa? Tidak… dia bukan pelupa! Sur memastikan.

Di depan rumah dinas ia tertegun. Keberanian itu mulai luntur. Ia takut sekedar untuk menapaki halamannya sekali pun. Jangan-jangan… dia sudah tidak mengenalku? Bukankah sudah sekitan lama aku tidak bertemu dengannya, sejak dia pindah ke Jakarta? Sur gamang. Tapi, istriku?

Kakinya menginjak halaman rumah penuh keraguan. Hari itu telah sore. Halaman rumah dinas begitu asri dengan beberapa bunga warna-warni. Sebuah mobil mewah mengkilap menertawakan sikap Sur. Beberapa menit lamanya, Sur tertegun di depan pintu. Ia takut sekedar untuk mengetuknya.

Lebih baik aku urungkan saja! Batin Sur. Tapi ia mengetuk pintu juga, pelan sekali, tanpa ritme yang pasti, tangan Sur penuh gemetaran.

Seorang lelaki, tua, tapi wajahnya sopan menandakan bahwa ia seorang halus, tidak senang berdebat, membuka pintu.


“Ada apa, pak?”

“Pak walikota ada?” Di dalam hatinya Sur mengharapkan… Roy tidak ada.

“O, ayo silahkan masuk, pak!” orang itu membimbing Sur memasuki rumah dinas. “Tunggu sebentar, saya akan panggil dulu bapaknya!”

Betapa besar ruangan dinas. Perabotan lengkap, tertata secara apik dan bersih. Tidak ada sebutir debu pun menempel. Sur… begitu kecil didalamnya.

***
“Pakai saja pensilku, Sur!” kata Roy sambil memberikan sebuah pensil.

Tanpa pikir panjang Sur langsung menyambarnya. Sebentar lagi bel tanda masuk akan berbunyi. Ulangan umum siap mereka hadapi.


Di hari perpisahan kelas Sur baru bisa mengembalikan pensil milik Roy.


“Ini pensilmu. Maafkan, aku baru bisa mengembalikannya hari ini!”

“Kamu ini… ada-ada saja.” Mereka berangkulan. “Terima kasih Sur. Selama ini kita sudah saling memperhatikan…”

“Selanjutnya, kamu mau kemana, Roy?”

“Aku akan pergi ke Jakarta, tinggal bersama kakak. Melanjutkan sekolah disana.”

“Wuihh… hebat kamu ini Roy. Kakakmu kerja kantoran, ya?”

“Entahlah.” Roy menggeleng. “Kamu sendiri, bagaimana?”

“Aku rasa kemampuan orang uaku sudah cukup menyekolahkan aku sampai SMP ini. Tapi… siapa tahu, bukankah manusia selalu memiliki rencana?!”

Sejak saat itu mereka berpisah. Tidak pernah bertemu lagi.
***
Roy didampingi oleh seorang wanita berjalan agak lambat. Ia memakai kimono. Wajahnya terlihat mulai kusut. Tampaknya kelelahan. Ada rasa kantuk terpancar di kedua kelopak matanya.

Sudah tiga puluh tahun lebih Roy! Pikir Sur.

Roy bersama istrinya duduk di atas sofa berhadapan dengan Sur.

“Ada keperluan apa, pak. Sore-sore begini menemui saya?” Tanya Roy sambil merentangkan tangannya ke sandaran sofa.

“Roy… aku mau minta bantuan!” Bisik Sur dalam hati. Tapi ia tidak sanggup mengucapkannya. Ada istri Roy. “Ssaya mau menjual sebidang tanah, pak wali!” Itu keluar dari mulutnya. Hhh… benar juga, kau sudah tidak mengenali aku lagi Roy. Memang sudah terlalu lama. Tiga puluh tahun lebih, sejak perpisahan itu. Segalanya telah berubah! Pikir Sur.

“Ha..ha..ha.. pak..pak.. ada-ada saja, bapak ini!” Roy melirik kepada istrinya. “Mah, tolong ambilkan dompet bapak di kamar..!” istrinya bergerak. Sedangkan Roy menatap wajah Sur. Ia melirik-lirik, kemudian berkata, “Ha..ha..ha.. sudah tiga puluh tahun lebih ya, Sur?”

“Apa?!” Sur kaget.

“Ah, kau mulai pikun rupanya..” kata Roy kereng. “Sur.. Sur… kamu masih seperti dulu. Dasar kamu ini!” Roy menepuk bahu Sur.

O, Tuhan ternyata dia masih mengenaliku. Gumam Sur dalam hati.

Istri Roy datang.


“Mau kamu jual berapa sebidang tanah itu, pak?” Tanya Roy seketika wajahnya berubah.

“Bukan itu maksud kedatanganku ke sini, Roy..” Sur tidak mengucapkannya, ia menatap istri Roy, ia tidak mau mengecewakan Roy.

“Sepuluh are, pak!”

“Ya, sudah. Besok salah seorang pegawaiku akan datang ke rumahmu. Hmm… sepuluh juta, bagaimana? Dan ini uang mukanya, dua juta rupiah. Cukup kan?” Roy memberikan uang kepada Sur. “Ayo mah!” Roy dan istrinya meninggalkan Sur, hilang di balik pintu. Ketika Sur masih duduk melongo sambil memegang dua gepok uang, masing-masing sebesar satu juta.
Sur meninggalkan rumah dinas, lesu, ia mengusap wajah, sampai beberapa kali.

Esok harinya, istri Sur jadi di operasi. Sebidang tanah, tabungan di masa depan itu telah dilunasi oleh salah seorang pegawai Roy. Ditangannya, Sur memegang uang sisa operasi sebanyak enam juta.

Malamnya, Yos datang ke rumah Sur mau meminta bantuan. Yos perlu tambahan modal untuk mengembalikan kegiatan perusahaannya, memproduksi batako. Uang, sebesar lima juta rupiah. Sur memberikannya kepada Yos. Tidak… aku tidak mau kehilangan segalanya. Minimal persahabatanku dengan Yos…! Pikir Sur.


“Ini ambil… Kamu merupakan hartaku ,kawan!”

Yos mengambil uang yang tergeletak di atas meja.

” Hmm… betapa sulitnya bagi kita hanya sekedar untuk memiliki pemimpin yang benar-benar pemimpin, ya?” Kata Yos.

” Ya… tapi Roy, lain kawan!”

” Lain?”

” Dia sahabat kita, sejak kecil. Jangan pernah melupakan itu!”


Sukabumi, 09 Januari 2006
10.30 a.m

Serch Blog